Rabu, 09 Februari 2011

Lain Meuli Peuyeum

ADA gula ada semut, ada lowongan pasti akan ada pelamar datang. Baik secara lisan dari mulut kemulut ataupun dapat informasi dari media. Tiap ada kesempatan pekerjaan pasti akan selalu diserbu para pelamar. Begitulah potret dunia pekerjaan dewasa ini. Ketika sepakbola sudah bukan sekadar hobi, maka banyak anak muda yang bercita cita jadi pesepakbola yang bisa digaji mahal, terkenal dan jadi idola masyarakat apalagi sepakbola saat ini sudah menjadi pekerjaan atau mata pencaharian.
Fenomena ada gula ada semut tampak terjadi di Stadion Persikabo Kabupaten Bogor kemarin petang ketika digelar seleksi para pemain yang akan menjadi pilar Laskar Pajajaran pada putaran kedua Liga Indonesia Divisi Utama tahun ini. Seleksi hari pertama Persikabo itu kurang lebih dibajiri 40 pemain lokal dan luar Bogor. Bahkan, ada juga beberapa pemain asing yang melamar jadi pemain Persikabo.
Persoalan merekrut pemain asing ataupun pemain lokal bagi Persikabo bukanlah pekerjaan mudah, karena selama ini manajemen Persikabo kerap terjebak pada praktek membeli kucing dalam karung. Seleksi dan rekrutmen pemain Persikabo selama ini terlalu banyak campur tangan diluar dari pelatih. Mudah mudahan seleksi kali ini pelatih kepala Persikabo diberikan otoritas penuh dalam menentukan para pemain yang akan direkrut Persikabo.
Namun, Maman Suryaman selaku arsitek Laskar Pajajaran ini tidak boleh juga terjebak pada istilah pemain titipan agen ataupun pemain titipan pengurus dan manajemen. Maman harus bersikap lurus dan objektif kepada para pemain yang akan bergabung dengan Persikabo pada putaran kedua nanti. Tapi ingat, membeli pemain bola sangat beda dengan meuli peuyeum. Kalau peuyeum sudah dibeli tapi busuk, maka bisa seenaknya saja kita membuang. Tapi kalau salah membeli pemain dan pemain tersebut sudah dikontrak tapi kualitas jeblok, maka yang ada malah kerugian material dan kerugian bagi skuad Persikabo yang tidak bisa memanfaatkan secara optimal pemain yang sudah dibeli tersebut.
Saya hanya mengingatkan kepada jajaran manajemen, pelatih dan pengurus Persikabo jangan tergesa gesa dan cepat menilai si ini bagus si itu bagus. Pembelian pemain sepakbola harus disesuaikan dengan kebutuhan klubnya itu sendiri. Ketika pelatih butuh pemain bertahan, namun manajemen atau pengurus malah membeli seorang ujung tombak. Ketika pelatih mebutuhkan pemain belakang, manajemen atau pengurus malah mengontrak pemain gelandang.
Hal ini memang sepele. Tapi, akibat salah beli karena salah posisi maka yang ada akan terjadi penumpukan pemain pada satu posisi. Apalagi, Persikabo sendiri saat ini sudah terjebak dalam praktek penggunaan pemain magang bagi tim Laskar Pajajaran. Karena setahu saya, pemain magang tersebut harus didaftarkan ke BLI, hingga nantinya pelatih bisa memanfaatkan tenaga pemain magang tersebut. Saya kembali tegaskan kepada manajemen dan pengurus bahwa beli pemain beda dengan meuli peuyeum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar