Jumat, 29 April 2011

Tak Butuh Pemain Bintang

Radar Bogor - Performa Persikabo pada kompetisi Divisi Utama musim 2010-2011 sangat jauh dari harapan. Terbukti dari 12 kali laga tandang, Laskar Pajajaran menelan delapan kali kekalahan dan empat kali seri. Kemudian diperparah dengan hasil memalukan 2-3 saat menjamu Pro Titan di Stadion Persikabo Cibinong, Senin (25/4) lalu.
Bukannya segera mencari solusi dan mengevaluasi atas hasil buruk tersebut, pengurus dan manajemen malah saling menyalahkan. Hal tersebut membuat Ketua Umum Kabomania, Dicky Dompas angkat bicara. Menurut dia, jajaran pengurus dan manajemen tidak sepatutnya saling menyalahkan, tapi duduk bersama mencari jalan keluar terbaik. “Lebih baik jangan saling menyalahkan, karena itu bukan solusi terbaik dan tidak memberi hasil positif, malah akan memperkeruh keadaan,” ujarnya kepada Radar Bogor. Dicky mengatakan, jika ingin memperbaiki performanya musim depan, Persikabo harus melakukan perubahan di dalam tubuh tim, dengan mengganti pelatih dan membuang pemain yang dinilai tak memberikan kontribusi positif selama kompetisi bergulir.
“Harus ada perubahan di tubuh tim dengan mengganti pelatih dan pemain, karena pelatih sekarang tidak bisa memoles skuad yang ada. Padahal materi tahun ini adalah yang terbaik. Pelatih juga tidak pernah memberikan kepercayaan kepada pemain lokal. Akibatnya, putra daerah tidak bisa berkembang. Padahal kalau dikasih kesempatan pasti bisa lebih baik. Tapi ini malah bergantung pada pemain bintang,”jelas Dicky.
Hal senada diungkapkan mantan pemain Persikabo, Robby Risa. Menurut dia, Laskar Pajajaran tak butuh  pemain bintang, melainkan legiun berjiwa petarung serta kolektivitas permainan.“Persikabo tak butuh pemain bintang, yang penting adalah pemain pekerja keras. Banyak pemain bintang tidak menjamin tim berprestasi, karena pasti ada gap tertentu,” katanya.
Tapi, lanjutnya, kalau mengandalkan kolektivitas dan berani menurunkan pemain lokal, prestasi Persikabo akan semakin baik. Namun itu tergantung dari pelatih. Maka itu, cari pelatih yang bisa membentuk karakter dan sulit diintervensi. Selain itu, sambung dia, 80 persen pemain Persikabo harus dirombak kalau ingin naik ke kasta ISL. “Kalau tidak, dana Rp14 miliar buat Persikabo lebih baik disumbangkan ke anak yatim atau untuk membangun MCK di wilayah pinggiran saja,” tuturnya.

Laskar Padjajaran Waspadai Ayam Kinantan

Pakuan Raya - Maman Suryaman tampaknya harus lebih waspada terhadap tekad dan semangat Ayam Kinantan, julukan PSMS Medan yang akan menghampiri Laskar Pajajaran di Stadion Persikabo Cibinong, Sabtu (30/4) besok. Berbeda dengan Pro Titan yang ingin mempertahankan harga diri meski di ambang zona degradasi, musuh kali ini akan tampil lebih ngotot karena ingin menduduki posisi dua besar. Atau setidaknya untuk mmepertahankan posisi tiga besar dari rival klasemennya, Persita yang memiliki peluang sama besar dengan PSMS Medan.
Persita akan melakoni laga melawan Persih di Stadion Beringin Tembilahan. PSMS berharap Persih memiliki keberuntungan tuan rumah sehingga bisa mematahkan kesempatan Persita untuk menggeser posisinya. Begitu juga dengan pertandingan di Stadion Cibinong besok. Gaston Castano dkk siap untuk menampilkan performa maksimalnya dalam laga pamungkas itu. Karena sudah kehilangan poin saat melawan Persitara di Stadion Tugu, awal pekan lalu.
“Apa pun kesulitannya, kami harus bisa meraih poin. Minimal kami mampu mendapat tiga poin dari dua pertandingan terakhir,” kata Suharto A.D, pelatih PSMS.
Demi mewujudkan ambisi mengantongi angka maksimal, Suharto memberi perhatian khusus pada pembenahan mental para pemain. Ia berharap skuadnya benar-benar siap menghadapi tekanan dari pemain lawan, wasit, serta suporter tuan rumah.
“Segi psikologis pemain saat tampil dipertandingan yang harus menjadi perhatian. Untuk segi teknis, sudah tidak ada masalah,” jelas Suharto.

Sepantasnya Marah

Jurnal Bogor - Laga Persikabo Kabupaten Bogor lawan PSMS Medan jadi pertaruhan terakhir harga diri Laskar Pajajaran. Pertandingan pamungkas Divisi Utama Liga Ti-Phone Indonesia di Stadion Persikabo, Sabtu (30/4), merupakan pertemuan sarat celaan. Celakanya kalau Persikabo kembali menyerah seperti yang dipertontonkan kontra tim debutan Pro Titan FC Medan dengan kekalahan 2-3 (25/4).
Pendukung Persikabo, Kabomania pantas marah. Sebagai tim plat merah yang didanai APBD, Persikabo tak menunjukan prestasi membanggakan. Kini diposisi ke-8 dan jika menang lawan PSMS jadi ke-7, melorot dari musim lalu ke-3. Sudah tak lolos ke babak 8 besar, Kabomania tetap berharap Zaenal Arief dkk memberikan kemenangan setelah gelar jago kandang dilepas dan mencatat rekor tak pernah menang di kandang lawan dibandingkan musim lalu.
Kabomania yang masih setia dan memenuhi tribun festival utara, setelah tribun selatan banyak kosong dan ditinggalkan Kabomania, tak mau melihat Persikabo kembali jadi bulan-bulan Ayam Kinantan. Banyak anggota Kabomania seperti enggan lagi berkomentar. Dirigen Opick Cageur juga hanya bisa geleng-geleng kepala dan tak mau berucap, begitu juga dengan Ketua Dicky Dompas tersenyum bingung.
Manajer Mas’an Djadjuli tak lagi nongol di stadion, sedangkan pengurus Persikabo hanya senyum-senyum. Imbasnya, harapan ribuan Kabomania kembali bagai isapan jempol. Lagu yang kerap dinyanyikan ‘kuingin kita menang dan masuk Liga Super’ berlalu dengan mengelus dada. Selama 4 musim Persikabo bertahan di kasta kedua dan kontra hasil seperti diawal-awal kompetisi Ketua Persikabo Rachmat Yasin menggembar-gemborkan target kasta tertinggi.