Jumat, 19 Agustus 2011

Lini Tengah Masih Belum Memuaskan

Pakuan Raya - Hasil kurang memuaskan di raih skuad muda Persikabo yang dipersiapkan mengikuti kompetisi Piala Medco U-15 Tingkat Jawa Barat. Pada laga uji coba tandang lawatan melawan Persipasi Bekasi U-15, Kamis (19/8) sore, kedua tim harus puas berbagi angka 1-1. Padahal, bila dilihat materi pemain, persikabo unggul secara teknik maupun individu.

"Anak-anak masih belum mampu mengadopsi apa yang telah didapatnya selama mengikuti latihan. Banyak yang harus dievaluasi, terutama dilingi tengah yang menjadi titik kelemahan,"kata Yayan Mulyana, pelatih Persikabo U-15 kepada Pakar.
Pada pertandingan yang berlangsung di Stadion Patriot, Bekasi itu, Persikabo mengusung formasi 4-4-2 dan menurunkan sebanyak 30 pemain yang dibawa. Namun hingga 2x45 menit berjalan, Redi Rusmawan yang diandalkan sebagai striker tidak mampu membawa pulang kemenangan bagi Laskar Padjajaran Junior karena skor akhir berkesudahan 1-1.

"Saya akui Aditiya dan kawan-kawan masih belum bisa menerima apa yang sudah saya berikan. Mudah-mudahan pada laga uji coba kedua melawan timnas Pelajar Indonesia pada tanggal 27 Agustus nanti sudah ada perubahan,"tandasnya.
Karena itu, untuk lebih mematangkan tim, dirinya akan terus mengasah kemampuan skuadnya dan tentunya dengan meningkatkan porsi latihan baik teknik, fisik maupun yang lainnya.

"Sebetulnya kita menemui kendala, lapangan tempat latihan yang sekarang digunakan kondisinya jelek. Sangat jauh kondisinya dengan Stadion Persikabo, sehingga program latihan yang sudah saya atur tidak optimal,"keluhnya.

JA Masuk Nominasi

Pakuan Raya - Sebagai seorang pelatih sepakbola Profesional ataupun pemain Profesional, tentunya harus akan all out membela klub yang telah memberikan pekerjaanya. Namun ketika klub yang dibelanya tiba-tiba bubar ditengah jalan, maka para pemain atau pelatih yang ada harus menerima realita tersebut. Apalagi jika kompetisi yang diarunginya juga ikut dibubarkan. Fenomena seperti ini mungkin akan sangat dirasakan bagi para pemain dan pelatih yang pernah berkiprah dan berkarya di kancah Liga Primer Indonesia.

Dibubarkannya Kompetisi Liga Primer Indonesia dan kegagalan merger yang akan ditawarkan klub-klub LPI dengan ISL dan Divisi Utama, menyebabkan banyak pemain dan pelatih klub LPI punya peluang besar untuk balik ke ISL atau Divisi Utama . Apalagi semua klub calon peserta kompetisi Level I dan II Liga Profesional saat ini belum banyak yang melakukan persiapan termasuk membentuk tim dan menetapkan pelatih. Hal ini juga sama persis dengan kondisi yang ada di Persikabo saat ini. Karena pengurus Persikabo masih fokus kepada tahapan verifikasi yang dilakukan PSSI dan AFC.
“Persikabo belum melakukan persiapan tim. Bahkan, kita juga belum mengontak pelatih yang akan menukangi Persikabo Bogor mendatang.

Kita masih fokus kepada persiapan teknis verifikasi saja. Soal seleksi kemungkinan akan dilakukan setelah ada pengumuman hasil verifikasi. Namun, sebelumnya jajaran direksi PT Persikabo akan menentukan manajemen dulu baru menetapkan pelatih. Komponen inilah yang akan bertugas melakukan seleksi para pemain Persikabo Bogor." CEO PT Persikabo Bogor, Rhendie Arindra kepada Pakar.
Ia menambahkan, hingga saat ini pihaknya memang belum bisa menetapkan pelatih yang akan menukangi Persikabo. Karena hal ini harus nyambung dengan manajer terpilih. “Memang sudah ada nama Jhon Arwandi yang sudah tahu betul atmosfir sepakbola di Bogor. Tapi jadi tidaknya Jhon Arwandi menukangi Persikabo akan ditentukan manajemen baru dan jajaran direksi juga," kilahnya

Menyinggung namanya masuk dalam bursa pelatih Persikabo Bogor untuk kompetisi Liga Profesional, Jhon Arwandi secara tegas mengatakan, ia sangat siap kalau memang diberikan kepercayaan menjadi arsitek Persikabo Bogor. Apalagi, Jhon sendiri mengaku sudah tak asing lagi dengan Persikabo dan atmosfir Kabomania.

Tanpa APBD, Tidak Ada Tiket Gratis

Pakuan Raya - Terhentinya kran APBD untuk klub sepakbola Profesional yang ikut dalam kompetisi PSSI selama ini tentunya akan menjadi momok yang mengerikan bagi semua pengurus klub dan elemen lainnya. Pasalnya, selama ini APBD ibarat surge tersendiri dan telah menjadi vitamin utama bagi semua klub sepakbola profesional. Tidak adanya dana APBD mungkin akan membuat semua pengurus klub jungkir balik mencari pendanaan bagi kelangsungan klubnya untuk terus berkiprah dalam kompetisi Liga Profesional.

Apakah persoalan ini dirasakan oleh semua kalangan suporter sepakbola yang ada di Indonesia. Karena selama ini kebanyakan suporter sepakbola di Indonesia belum seratus persen membeli karcis dengan harga resmi yang ditetapkan pihak Panpel. Namun, dengan tidak adanya dana APBD, maka pendapatan uang karcis dari suporter akan menjadi sasaran yang sangat penting bagi biaya operasional tim tersebut.
Lantas bagaimana dengan Kabomania yang sudah terang terangan menginginkan klub kebanggaan masyarakat Kabupaten Bogor yakni Persikabo tampil dalam level satu Liga Profesional jika harga tiket masuk pertandingan dinaikan dua atau tiga kali lipat dari harga yang sudah sudah.

Apalagi Persikabo musim depan sudah tidak akan mendapatkan bantuan dana APBD lagi. Apakah Kabomania sudah berpikir dan mau mensosialisasikan hal tersebut kepada para anggotanya. Ketua Umum Kabomania, Dicky Dompas mengatakan, pada prinsipnya ia memang setuju dengan jajaran direksi PT Persikabo yang menginginkan tim ini tampil dalam level satu Liga Profesional. Bahkan, Dicky juga paham kalau tanpa APBD maka pemasukan dari tiket masuk akan menjadi hal yang sangat krusial bagi manajemen dan direksi PT Persikabo tersebut.

“Sebuah konsekuensi logis kalau memang pihak manajemen atau direksi PT Persikabo Bogor akan menaikan harga tiket masuk. Namun, saat pelaksanaanya nanti, semua yang masuk area stadion harus benar benar steril dan punya tiket masuk semua. Kabomania siap ikuti aturan Panpel. Tapi, kami juga berharap yang masuk ke Stadion Persikabo nantinya tidak boleh ada penumpang gelap. Karena selama ini banyak sekali penonton yang masuk tanpa tiket. Sementara Kabomania selama ini selalu komitmen dengan aturan main yang ditetapkan pihak Panpel," tegas Dicky Dompas.
Hal yang sama dikatakan Kemal Fasya, ia menyatakan, kalau memang nantinya harus ada kenaikan harga tiket masuk untuk menyaksikan pertandingan Persikabo, maka hal tersebut harus diinformasikan jauh jauh hari.

Eks Bogor Raya FC Siap Ikut Seleksi Persikabo

Pakuan Raya - Kendati klub Bogor Raya FC dan kompetisi Liga Primer Indonesia ( LPI) sudah resmi dibubarkan manajemen PT Bogor Raya, namun beberapa mantan penggawa Laskar Kujang tersebut mengaku masih betah untuk merumput dengan tim asal Bogor yang akan berkiprah dalam kancah Liga Profesional bulan Oktober mendatang.

"Kami memang sudah tahu dari media kalau Bogor Raya FC telah bubar. Namun, kami merasa telah betah dan cocok tinggal di Bogor, makanya kami akan mengadu nasib dan ikut seleksi dengan klub Persikabo Bogor. Saya terus memantau perkembangan via media online tentang kapan pelaksanaan seleksi Persikabo," ujar Isoewardi mantan bomber Bogor Raya FC asal Sumatera Selatan kepada Pakar via ponselnya tadi malam.
Isoewardi menambahkan, suasana kekeluargaan yang ada di sepakbola Bogor itulah yang membuat ia tertarik untuk ikut tahapan seleksi para pemain Persikabo yang rencananya akan digelar pada akhir Lebaran nanti " Saya sudah betah di Bogor, saya siap ikut seleksi dan bersaing dengan para pemain lain yang berasal dari Luar Bogor.

Mudah-mudahan Kota Bogor memang berjodoh dengan saya. Saya siap memberikan yang terbaik bagi Persikabo Bogor jika saya terpilih dalam seleksi nanti," ujar Isoewardi lagi dengan tegas.
Hal yang sama juga diutarakan Masperi Kasim, mantan kapten Bogor Raya FC ini menegaskan, ia memang masih berminat untuk bermain sepakbola dengan klub yang ada di Bogor. " Saya belum tahu persis soal bubarnya Bogor Raya FC. Namun, saya juga mendengar hal tersebut.

Saat ini saya sedang fokus ibadah Puasa dulu sambil ancang -ancang klub mana yang akan saya tuju nantinya. Jujur memang saya sangat menyukai Bogor. Namun, kalau memang ada kesempatan dan saya harus bermain di Bogor lagi, maka saya siap memberikan yang terbaik bagi klub yang ada di Bogor," beber Masperi Kasim.
Sementara itu, Kodrat Maulana, pemain produk lokal Bogor yang sempat berbaju Bogor Raya FC mengatakan kalau dirinya siap ikut bersaing dengan para pemain untuk masuk dalam skuad Persikabo Bogor.


“Saya hanya ingin membela klub yang ada di Bogor saja. Karena saya belum bisa memberikan yang terbaik bagi dunia sepakbola Bogor. Sejak awal saya memang ingin mengenakan kostum Persikabo. Karena Persikabo bagi saya adalah darah daging masyarakat Kabupaten Bogor. Kebetulan saya sendiri sebagai putra Kabupaten Bogor. Hingga sangat masuk akal kalau saya memimpikan kostum Persikabo," kilah Kodrat tegas.

Seleksi Menunggu Verifikasi

Pakuan Raya - Ditengah kesibukan mempersiapkan syarat syarat verfikasi dan pengisian garansi bank, jajaran direksi PT Persikabo Bogor juga tengah menyiapkan agenda seleksi kepada para pemain yang akan masuk dalam skuad Persikabo Bogor untuk ikuut dalam kompetisi Liga Profesional.
"Kita akan menunggu hasil verifikasi yang akan dilakukan PSSI dan AFC. Insya Allah tanggal 25 Agustus mendatang hasil verifikasi sudah bisa ketahui bersama. Kalau sudah ada hasil verifikasi, maka kita akan langsung bergerak melakukan seleksi pemain. Seandainya kita masuk dalam level satu.

Minimal para pemain yang akan kita rekrut tentunya para pemain yang punya kualitas, loyalitas dan mau memberikan prestasi yang terbaik bagi Persikabo Bogor. Saya tegaskan, hasil verifikasi akan sangat menentukan juga soal materi pemain yang akan masuk dalam skuad Persikabo. Namun, pada intinya saya berharap para pemain Persikabo ini akan banyak dihuni para pemain lokal Bogor dan lokal Jawa Barat. Kalaupun ada pemain dari luar Jawa Barat, minimal pemain tersebut sudah ketahuan kualitas dan loyalitasnya," ujar Chief Eksekutif Officer PT Persikabo Bogor , Rhendie Arindra kepada Pakar tadi malam via ponselnya.

Dalam hal yang sama, kata Rhendie, semua pemain asli Bogor baik yang bergabung di Persikabo, Bogor Raya FC ataupun PSB punya kesempatan yang sama masuk dalam skuad Laskar Pajajaran untuk ikut kompetisi Liga Profesional. Akan tetapi, masuk tidaknya setiap pemain dalam skuad Persikabo, minimal hal ini juga akan dipengaruhi oleh beberapa aspek penting. Salah satunya adalah kualitas bermain sepakbola, loyalitas dan siap bermain all out bagi Persikabo. Disamping itu, factor usia juga akan sangat menentukan para pemain. Pasalnya, aturan kontrak yang akan diterapkan PSSI saat ini minimal kontrak pemain itu berjangka 3 musim.

"Kami berharap, ketika jajaran pelatih melakukan tahapan seleksi pemain, maka seleksi itu benar benar menghasilkan para pemain yang berkualitas dan bisa memenuhi semua kriteria yang akan ditetapkan manajemen Persikabo Bogor," tukas Rhendie lagi.
Lebih lanjut, tambah Direktur Utama Reggy Pratama Advertising dan salah satu direksi di PT Indonesia Bersih mengatakan, mudah mudahan Persikabo bisa masuk dalam level satu. Karena kalau masuk dalam level satu, minimal akan memudahkan akses bagi jajaran direksi untuk mencari investor yang akan melakukan investasi atau kerjasama dengan Persikabo.

Sementara itu, Ketua Bogor Sport Journlist (BSJ) Asep Syahmid Pangrango mengaku setuju dengan masuknya sosok Rhendie Arindra dalam jajaran direksi PT Persikabo. Menurutnya sosok Rhendie memang sudah teruji dalam pengelolaan manajerial tim sepakbola Profesional. Selain itu, ia menilai Rhendie punya kemauan yang besar untuk memajukan dunia sepakbola Bogor. Tak heran jika beberapa waktu lalu ia melakukan studi banding tentang pengelolaan klub sepakbola Profesional. Namun demikian, kata Syahmid, seluruh elemen sepakbola di Bogor harus memahami konsekuensi ketika Persikabo masuk dalam level satu atau level dua sebagai klub Profesional yang terlepas dari bantuan APBD daerahnya. Minimal masyarakat bola di Kabupaten Bogor harus punya kesadaran diri untuk berdisiplin dalam membeli tiket pertandingan semua partai yang akan dilakukan Persikabo saat main kandang.
"Sekecil apapun pemasukan dari Tiket masuk dari semua suporter adalah nyawa atau nafas untuk kelangsungan hidup bagi Persikabo itu sendiri. Jangan sampai selama ini kita menolak merger dengan klub LPI, tapi kita sendiri masih tidak mau membeli tiket secara resmi dengan harga resmi yang telah ditetapkan oleh pihak pertandingan. Saya berharap, hal seperti ini dipahami benar oleh semua elemen masyarakat bola di Kabupaten Bogor. Sepakbola modern memang membutuhbkan banyak suporter. Namun apa artinya jika suporter yang banyak itu ternyata masih banyak yang tidak mau beli tiket sesuai harga resmi. Paradigma ini harus segera dipahami oleh semua elemen masyarakat bola yang ada di Kabupaten Bogor," tegas Syahmid.