Jumat, 22 April 2011

Wajar Mereka Pergi

Pakuan Raya - Wacana eksodus yang akan dilakukan para pemain asli Kabupaten Bogor yang saat ini memperkuat Persikabo dianggap sebagai sesuatu yang sangat wajar, lumrah dan alamiah. Apalagi, jika para pemain muda tersebut saat ini jarang sekali tampil memperkuat skuad Persikabo dalam pertandingan kandang ataupun away.
"Keputusan siapa yang akan dimainkan atau tidak memang menjadi otoritas penuh dari jajaran pelatih. Namun, hal yang sangat wajar juga jika saat ini para pemain putra daerah yang ada di Persikabo berpikir untuk mencari klub lain selain Persikabo. Saya pikir wajarlah, kalau para pemain muda asli Kabupaten Bogor sudah tiga musim ini ingin merantau atau mencari jam terbang di luar. Karena ini berkaitan dengan beberapa aspek yang tak bisa disebutkan satu persatu. Saya mendukung kalau para pemain muda itu memang ingin bermain di klub luar Bogor," ujar Herzon Hezkia kepada Pakar kemarin petang di PDAM Tirta Kahuripan.
Herzon menambahkan, sebenarnya para pemain muda asal Kabupaten Bogor ini tidak kalah secara kualitas dari para pemain yang berasal dari luar Bogor. Namun, karena persoalan jam terbang saja yang membuat mereka mulai merasakan kegelisahan.

Persikabo Sangat Mengecewakan

Pakuan Raya - Buruknya prestasi yang diukir Persikabo pada tahun ini, dituding sebagai kesalahan manajemen pada saat merekrut pemain. Ia melihat manajemen dan pengurus kurang serius sejak awal musim ini dimulai. Perombakan tim di tengah musim juga sudah terlambat dan tidak mampu mengatrol Persikabo untuk menapaki jenjang ISL. Padahal dari segi materi pemain, Persikabo sudah bertabur bintang, apalagi sejak putaran kedua, dengan banyaknya bintang baru yang menghiasi Laskar Pajajaran. Namun sayang, bintang-bintang itu tidak mampu menerangi langkah Persikabo ke kasta tertinggi Indonesia.
"Manajemen dan tim semua harus diganti. Bukan apa-apa, sudah waktunya mereka beristirahat dulu. Kasian kalau terus-terusan memikirkan tim yang seperti ini. Apalagi ada pihak-pihak yang terus-menerus dibebani. Jujur sejak awal Persikabo mulai gagal saat uji coba, saya sudah malas untuk datang ke stadion untuk menonton langsung. Karena di awal saja prestasinya tidak memuaskan," beber Agustinus Toisuta, pengurus PSSI Kabupaten Bogor.
Pria bertubuh subur itu menambahkan, musim ini Persikabo tidak mempunyai karakter sama sekali. Semangat juang pemain hampir tidak ada. Ia juga prihatin dengan minimnya jam terbang pemain muda. Demi kebaikan mereka, Agustinus bahkan mendorong pemain untuk bereskpresi ke luar Kabupaten Bogor.
"Sayang bakat mereka bagus tapi tidak pernah diberi kesempatan untuk bermain. Pelatih dan pemain harus dirombak demi target Liga Super. Maman sebenarnya pelatih yang bagus untuk segi teknik. Tapi ia tidak mampu memotivasi pemain untuk bermain total saat di lapangan. Ini yang sedikit disesalkan. Manajer kali ini juga sangat total dalam menyokong Persikabo hingga kewalahan, beri beliau waktu untuk istirahat dan menenangkan diri," tandasnya.

RY Harus Bertanggung Jawab terkait Buruknya Penampilan Persikabo

Radar Bogor - Buruknya performa Persikabo pada kompetisi Divisi Utama musim 2010-2011, mengundang kekecewaan insan sepakbola di Kabupaten Bogor. Bahkan, salah satu pengamat  sepakbola, Herzon Hizkia menilai jika Ketua Umum Persikabo, Rachmat  Yasin-lah yang paling bertanggung jawab atas buruknya penampilan Laskar Pajajaran.
Herson menegaskan, musim 2010-2011 adalah yang terburuk  bagi Persikabo. Buktinya, belum pernah sekalipun mempersembahkan kemenangan pada laga tandang, walau beramunisikan pemain bintang.
Buruknya penampilan Zaenal Arief cs tak terlepas dari lemahnya manajerial dan pemain, serta diperparah oleh konflik internal.
“Musim ini yang terburuk, lebih baik musim lalu. Laskar Pajajaran berhasil mempersembahkan empat kemenangan tandang, tapi sekarang nol. Di dalam tubuh Persikabo itu tidak sehat, karena ada konflik dimana- mana. Baik pemain, manajer, ofisial, bahkan pengurus. Ya contohnya saat perekrutan pemain saja tidak kompak, dan seluruh pengurus harus introspeksi diri bila ingin masuk ISL tahun depan,” ungkapnya kepada Radar Bogor kemarin.

Yang jelas, lanjutnya, Rachmat Yasin harus mempertanggungjawabkan buruknya performa Persikabo kepada masyarakat. “Ya, karena memakai uang rakyat hingga tujuh  miliar. Jadi, sudahsepantasnya RY bertanggung jawab kepada rakyat,” tegasnya.

Lebih lanjut kata Herson, bila Persikabo ingin masuk ISL musim depan, persiapan harus segera dilakukan sejak saat ini. Dengan cara, mencari manajerial dan pemain yang kuat, selain mencari pelatih baru. Sebab, Headcoach Maman Suryaman sudah tak layak membesut Laskar Pajajaran.
“Menurut saya, Maman sudah tak pantas, dia sudah gagal. Maman memang banyak membesut tim besar tapi itu tak jadi jaminan. Karena dia tak punya keberanian mengutakatik komposisi pemain dan hanya mengandalkan pemain bintang,” ujarnya.
Kondisi tersebut diperparah dengan tidak pernah memberi kesempatan putra daerah untuk bermain. “Sekarang ada 14 pemain lokal, kalau tak diperhatikan mereka bakal hengkang,” jelasnya.
Ia menambahkan, jika ingin memperbaiki performa Persikabo, pengurus harus melakukan tambal sulam. Baik itu pemain, pelatih maupun manajemen. Perekrutan pun jangan asal-asalan, seperti membeli Emeka, Sonny dan Harry. Mereka memang pemain bintang yang sarat pengalaman, tapi fisik mereka sudah habis. Musim depan, harapnya, budaya seperti itu harus dihilangkan.
“Kalau perlu pakai jasa pelatih asing yang sulit terkena intervensi,” tuturnya.
Hal senada diungkapkan pengamat sepakbola, Agus Toisutta. Menurut dia, selain pelatih dan manajemen, pengurus serta ketum juga harus bertanggung jawab.
“Ketum serta pengurus harus bertanggung jawab kepada rakyat, karena menunjuk manajemen dan pelatih yang asal-asalan,” tegasnya.