Selasa, 31 Mei 2011

George dan Arifin Temui FIFA

Jurnal Bogor - TIDAK hanya Ketua Komite Normalisasi (KN) PSSI Agum Gumelar dan Plt Sekjen PSSI Joko Driyono saja yang bertemu dengan pihak FIFA di Zurich, Swiss. Kubu George Toisutta (GT) dan Arifin Panigoro (AP) yang tergabung dalam Gerakan Reformasi Sepak Bola Nasional Indonesia (GRSNI) pun juga bertemu dengan FIFA.
Namun GRSNI yang diwakili Farid Rahman dan Hadi Basalamah, ternyata lebih dulu menemui Sekretaris Jenderal FIFA, Jerome Valcke, pada Minggu (29/5) lalu. Yang menarik, dari hasil pertemuan tersebut, FIFA ternyata tidak mengagendakan pembahasan sanksi bagi Indonesia dalam sidang mereka.
Hal tersebut sangat berseberangan dengan apa yang selama ini digembor-gemborkan dan dikhawatirkan Ketua KN Agum Gumelar. Tidak hanya mendapatkan informasi soal tidak adanya pemberian saksi terhadap Indonesia, GRSNI juga menyampaikan data-data yang sesungguhnya terjadi di Indonesia kepada Sekjen FIFA tersebut.
“Kami berharap FIFA melihatnya secara netral dan bisa melihat lebih dalam dan memahami konflik sesungguhnya yang terjadi di Indonesia. Jangan hanya mendapatkan informasi soal Indonesia hanya melalui satu pintu saja, supaya berimbang,” kata salah satu anggota tim sukses GT-AP, Tri Gustoro saat dihubungi wartawan, kemarin.
Dikatakan Tri, dalam pertemuan tersebut, GRSNI juga menyampaikan data-data ke Valcke apa yang terjadi dengan sepak bola nasional. “Kami ingin menyampaikan semua informasi yang dianggap perlu. Semua data disampaikan, supaya pengambil kebijakan di FIFA bisa mengambil keputusan dari data yang akurat,” ujarnya.
Pertemuan antara utusan GRSNI dengan pihak FIFA itu lebih cepat sehari dengan rencana pertemuan antara Ketua KN dengan FIFA yang berlangsung pada Senin (30/5). Dalam kesempatan itu, Tri juga mengatakan, akan ada pertemuan lain antara perwakilan GRSNI tersebut dengan FIFA setelah menemui Valcke tersebut.
Rencananya tadi malam GRSNI juga akan bertemu Guy Phillippe yang merupakan staf khusus dari Presiden FIFA, Sepp Blatter pada Senin malam tadi. “Agendanya menindaklanjuti pertemuan pertama. Mungkin dini hari nanti ada kabar mengenai hasil dari pertemuan lanjutan tersebut,” kata Tri.
Hal tersebut juga dibenarkan juru bicara GT-AP Halim Mahfudz, yang mengatakan bahwa dalam pertemuan tersebut GRSNI melaporkan secara lisan dan tertulis pada apa yang terjadi dengan sepak bola Indonesia. GRSNI juga menyerahkan bukti rekaman video kongres 20 Mei lalu yang berakhir deadlock.
“Apa yang terjadi di dalam kongres kemarin adalah memutarbalikkan fakta seolah-olah pendukung GT-AP ini yang menyebabkan kongres tersebut gagal. Padahal, kita tahu bahwa pelaksanaan kongres kemarin itu tidak sesuai statuta. Ini yang kita jelaskan kepada FIFA,” ujar Halim.
Dikatakan Halim, dukungan kepada GT-AP akan tetap berjalan. “Sebenarnya dukungan kepada GT-AP itu adalah dukungan terhadap reformasi PSSI. Jadi, itu tidak semata-mata dukungan semata-mata kepada seseorang. GT-AP ingin memperbarui persepakbolaan Indonesia,” ujar Halim.

PSSI Selamat

Jurnal Bogor - Federasi Sepakbola Internasional (FIFA) memutuskan tidak akan menghukum PSSI meski gagal melaksanakan kongres 20 Mei lalu. Berita baik itu disampaikan Ketua Komite Normalisasi (KN), Agum Gumelar yang dihubungi melalui telepon selular kemarin (30/5).
Keputusan FIFA itu disampaikan saat Agum dan Djoko Driyono mengadakan pertemuan di Zurich, Swiss, Minggu (29/5). Agum menermui Direktur Pengembangan dan Keanggotaan, Thierry Regenass dan Frank van Hatum. Dalam kesempatan itu, FIFA menyatakan Indonesia diberi kesempatan untuk menggelar Kongres PSSI pada 30 Juni 2011.
Yang lebih menggembirakan lagi, Regenass dan Frank menjamin permasalahan Indonesia yang gagal menggelar Kongres PSSI, 20 Mei lalu, tidak akan dibawa ke sidang Exco FIFA.
“Saya dan Djoko Driyono diterima mereka mulai pukul 10.00 hingga 11.00 waktu setempat (18.00-19.00 WIB). Dan, saya merasa bersyukur karena FIFA memberikan satu kali lagi kesempatan bagi Indonesia untuk menggelar Kongres PSSI melalui KN,” kata Agum Gumelar.
Untuk menggelar Kongres PSSI, kata Agum, keduanya menegaskan agar pelaksanaan Kongres PSSI harus sesuai dengan aturan yang ditetapkan FIFA. “Tidak ada perubahan dalam pelaksanaan Kongres PSSI. Semua harus sesuai dengan aturan yang ditetapkan pada Kongres PSSI 20 Mei yang gagal,” tandasnya.
Selain memberikan satu kali kesempatan untuk menggelar Kongres PSSI, kata Agum, FIFA mengingatkan akan ada sanksi kepada Indonesia jika pelaksanaan Kongres PSSI 30 Juni 2011 itu mengalami kegagalan. Sanksi itu akan dikeluarkan FIFA tertanggal 1 Juli 2011.
“Harapan saya jangan lah kesempatan yang diberikan FIFA ini sampai diabaikan lagi. Dukungan semua pihak terkait sangat dibutuhkan dalam upaya menyelamatkan Indonesia dari sanksi,” tegas Agum Gumelar yang tidak menyebutkan berapa lama sanksi yang diberikan FIFA jika Kongres tersebut kembali mengalami kegagalan.
Agum menyatakan FIFA juga meminta kepastian pelaksanaan Liga Premir Indonesia (LPI) langsung dibawah kendali PSSI. “Permintaan ini akan langsung saya bicarakan dengan pengelola LPI setibanya di Indonesia,” jawab Agum.
Lebih jauh Agum menjelaskan, langkah mulus perjuangan KN dalam melepaskan Indonesia dari sanksi, tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak termasuk surat dukungan dari DPR-RI dan pendukung Aremania. “Saya berterima kasih kepada semua pihak termasuk seluruh anggota DPR-RI dan Aremania yang telah memberikan dukungan agar Indonesia terkena sanksi. Terus terang, dukungan ini sangat membantu perjuangan KN,” tandasnya.
Apakah FIFA memberikan dukungan terhadap KN untuk memberikan sanksi organisasi kepada pihak-pihak terkait yang menggagalkan Kongres PSSI lalu? “Ya, FIFA memang memberikan dukungan penuh KN untuk memberikan sanksi organisasi kepada mereka. Tetapi, saya akan melakukan evaluasi dulu sebelum menjatuhkan sanksi tersebut,” jawab mantan Ketua Umum KONI Pusat yang juga Ketua Dewan Kehormatan PSSI ini.