Selasa, 24 Mei 2011

Hindari Sanksi FIFA, KN Harus Lakukan Lobby

Pakuan Raya - Kisruh kongres Jum'at (20\5) berbuntut panjang. FIFA sebagai otoritas tertinggi bakal mengeluarkan tiga opsi sanksi. Pertama, dimundurkan peringkat dari 136 menjadi 220 atau posisi terakhir, kemudian terdaftar sebagai anggota baru. Kedua, tidak diperbolehkan bertanding di tingkat internasional.
Sedangkan yang ketiga dicoret dari keanggotaan FIFA, dan itu berarti Indonesia tidak bisa menggelar kompetisi domestik dan tak diperbolehkan tampil di berbagai ajang internasional.
Hal tersebut membuat salah satu pengurus teras Persikabo, Edison Hutahean angkat bicara. Menurutnya, pihak yang paling bertanggung jawab apabila sanksi itu dijatuhkan adalah orang orang yang lebih mengedepankan kepentingan kelompok, ketimbang mementingkan dan melihat nasib sepakbola Indonesia kedepan.
"Ya kalau sanksi itu dijatuhkan, maka kelompok yang punya kepentingan itu yang harus bertanggung jawab, mereka itu pengacau. Apa mereka itu tak mengerti apa Statuta FIFA," ujarnya kepada para wartawan kemarin.
Edison menambahkan, akar permasalahan dari kekisruhan sepakbola Indonesia adalah kompetisi Liga Primer Indonesia (LPI) sebagai liga tandingan PSSI yang dianggap melanggar FIFA. Selain itu, ditambah oleh kebobrokan Nurdin Halid cs.
"Kedua hal itu yang mengacaukan sepakbola Indonesia, sehingga menjadi sorotan dunia internasional. Coba kalau hal itu tak terjadi, takkan jadi begini," jelas pria yang juga menjabat sebagai anggota DPRD Kabupaten Bogor itu.
Lebih lanjut Edison menegaskan, Komite Normalisasi yang dikomandoi Agum Gumelar harus melakukan lobi tingkat tinggi kepada FIFA agar sanksi tidak dijatuhkan. "Saya harap Pak Agum harus melakukan upaya-upaya khusus agar bisa melunakan sikap FIFA, terkait insiden itu," harapnya. Ia menambahkan, kalau pun kongres harus diulang, Komite Normalisasi harus minta surat lagi dari FIFA menyangkut pelarangan Arifin dan George. Lalu ditunjukan dihadapan anggota kongres. Selain membuat permohonan maaf langsung secara tertulis kepada otoritas tertinggi sepakbola dunia itu.
Sementara itu, Ketua Bidang Media dan Marketing Persikabo, Asep Syahmid Pangrango mengaku prihatin dengan nasib sepakbola Indonesia saat ini. Ia menyayangkan kenapa sampai Kongres PSSI kembali terjadi Deadlock. Apalagi, saat Deadlock itu dihadiri para observer dari FIFA, AFC dan AFF.
" Masa depan sepabola Indonesia benar benar suram, apalagi jika FIFA benar-benar menjatuhkan sanksi kepada Indonesia, maka tanah air yang kita cinta ini tak ubahnya seperti Afrika Selatan, Irak, Bosnia dan Brunei Darusalam yang sempat terkena sanksi FIFA. Kalau FIFA menjatuhkan sanksi kepada Indonesia, maka yang rugi tentunya seluruh rakyat Indonesia. Penderitaan akan sangat dirasakan keluarga para pemain , pelatih ataupun pihak pihak yang selama ini mengais rejeki dari pertandingan sepakbola. Apakah hal ini sudah dipikirkan oleh pihak pihak yang memang menjadi penyebab jatuhnya sanksi FIFA," tukas Syahmid dengan nada prihatin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar