Kekalahan Persikabo Kabuaten Bogor atas tuan rumah PSAP Sigli dalam lanjutan Divisi Utama Liga Indonesia Grup I, Minggu (13/ 3), menyisakan segudang pertanyaan mengenai skema 3-5-2 yang berjalan kurang baik.
Hal ini menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi Maman Suryaman guna meraih poin dalam pertandingan away kedua menantang Persiraja Banda Aceh, Kamis (17/3). Apalagi pada pertandingan sebelumnya, tuan rumah berhasil mencukur Persitara Jakarta Utara dengan skor 5-1.
Dalam pertandingan kontra PSAP, skema yang diterapkan Maman tak berjalan baik. Menumpuk pemain di lini tengah ternyata jadi makanan empuk bagi tuan rumah.
Dua gelandang, yakni Sony Kurniawan dan Harry Salisbury pun tak mampu menyisir serangan melalui sayap untuk memberi umpan kepada Zaenal Arif dan Jibby Wuwungan. Begitu pula peran Salim Alaydrus yang diplot menggantikan Chiryl Tchana (akumulasi kartu kuning, red), tidak mampu bermain baik karena bukan pada posisinya sebagai winger.
Ditanya terkait mandeknya serangan Persikabo dari lini kedua, Maman mengaku telah menginstruksikan anak asuhnya untuk tampil normal. Namun, entah mengapa ciri permainan Persikabo yang mengandalkan permainan dari kaki ke kaki tidak berjalan efektif.
“Kami tidak bertahan, karena tujuan di sini untuk mencuri poin. Tapi tim lawan sangat jeli membaca serangan anak-anak,” ujarnya kepada Radar Bogor, kemarin.
Kekalahan 0-2 yang diderita Laskar Pajajaran, tegasnya, sebaiknya segera dilupakan. Agar dalam melawan Persiraja, mental Arif cs bisa pulih untuk terus memelihara peluang lolos ke Indonesia Super League (ISL). “Tentu di setiap pertandingan akan diterapkan pola berbeda, tergantung lawan yang akan dihadapi,” jelas Maman.
Mengenai blunder Sukirmanto yang gagal menangkap bola, Maman enggan menyalahkan penjaga gawang tersebut. Menurut dia, kesalahan selalu terjadi di tiap laga. Namun, mental mantan pemain Persiraja itu telah pulih seperti biasa.
Eks Pelatih Persija Jakarta ini menilai, kekuatan anak asuhannya sudah cukup baik. Terutama dalam hal penguasaan bola dan juga emosi. Jauh berbeda saat ia baru pertama kali menangani Persikabo.
Makin padunya duet lini pertahanan yang digalang Eduard Valutsa dan Bahtiar, ditambah pulihnya kondisi Jarot pascacedera, membuat Maman optimis mampu mencuri poin di kandang Persiraja.
“Kami datang ke Aceh bukan untuk kalah. Sebisa mungkin harus mencuri poin agar bisa menyapu bersih semua laga kandang di partai berikutnya,” pungkasnya.
Selasa, 15 Maret 2011
Belum Saatnya Turunkan Pemain Muda
Pelatih Persikabo Maman Suryaman membantah telah menganaktirikan pemain muda asal Kabupaten Bogor di sepanjang musim ini. Minimnya jam terbang dan mental bertanding membuat eks pelatih Sriwijaya FC jarang menurunkan aset Bogor tersebut.
“Saya bukannya tak percaya kepada pemain muda. Tapi, targetbesar yang diberikan manajemen kepada tim pelatih membuat kita berpikir keras. Mustahil menurunkan mereka dalam kondisi saat ini,” ujar Maman kepada Radar Bogor di Banda Aceh, kemarin.
Ia menjelaskan, upaya untuk mengasah mental dan skill pemain muda sering dilakukan, baik dalam latihan reguler maupun jelang laga. Tujuannya, agar mereka siap bila suatu saat dibutuhkan membela tim.
Lebih jauh mantan Asisten Pelatih Benny Dolo di Persija itu menuturkan, banyak pemain asli Bogor yang bisa berkembang menjadi pemain hebat di masa mendatang. Namun, ia meminta Kabomania sedikit bersabar hingga target lolos ISL musim depan tercapai.
“Saya tertarik dengan beberapa pemain muda Persikabo, seperti Erik, Ridwan Awaludin dan Saepulloh. Suatu saat mereka bisa jadi pemain yang sangat diandalkan tim,” imbuhnya.
Khusus bagi Ridwan, Maman menilai pemain tersebut cukup bertalenta. Hanya, nyali bertandingnya masih kurang. “Di tiap kesempatan laga, Ridwan akan saya catat dalam susunan tim guna mengasah mental dia,” pungkasnya.
“Saya bukannya tak percaya kepada pemain muda. Tapi, targetbesar yang diberikan manajemen kepada tim pelatih membuat kita berpikir keras. Mustahil menurunkan mereka dalam kondisi saat ini,” ujar Maman kepada Radar Bogor di Banda Aceh, kemarin.
Ia menjelaskan, upaya untuk mengasah mental dan skill pemain muda sering dilakukan, baik dalam latihan reguler maupun jelang laga. Tujuannya, agar mereka siap bila suatu saat dibutuhkan membela tim.
Lebih jauh mantan Asisten Pelatih Benny Dolo di Persija itu menuturkan, banyak pemain asli Bogor yang bisa berkembang menjadi pemain hebat di masa mendatang. Namun, ia meminta Kabomania sedikit bersabar hingga target lolos ISL musim depan tercapai.
“Saya tertarik dengan beberapa pemain muda Persikabo, seperti Erik, Ridwan Awaludin dan Saepulloh. Suatu saat mereka bisa jadi pemain yang sangat diandalkan tim,” imbuhnya.
Khusus bagi Ridwan, Maman menilai pemain tersebut cukup bertalenta. Hanya, nyali bertandingnya masih kurang. “Di tiap kesempatan laga, Ridwan akan saya catat dalam susunan tim guna mengasah mental dia,” pungkasnya.
Emeka Obidiah Lelet
Ada sebuah hal yang cukup menggelikan saat armada Persikabo tengah bersiap-siap untuk meninggalkan Sigli, Kabupaten Pidi, Aceh.
Dua legiun asing milik tim kebanggaan masyarakat Kabupaten Bogor itu, yakni Okoye Emeka Obidiah dan Cyril Tchana sempat tertinggal di hotel tempat tim menginap. Tak ayal, hal tersebut sempat mengemparkan awak yang lain yang telah lebih dahulu meninggalkan hotel, terutama sang Manajer tim, Mas'an Djajuli.
Dengan cepat ia dan beberapa staf Persikabo segera memerintahkan supir yang membawanya ke Banda Aceh untuk menjalani lawatan berikutnya, segera memutar arah kendaraan dan menjemput Emeka dan Tchana.
Tertinggalnya Emeka dan Cyril disebabkan keduanya masih asyik mengepak pakaiannya di kamar masing-masing. Karena menganggap kendaraan yang akan membawa mereka dan tim ke Banda Aceh belum tiba.
"Saya harus kembali ke kamar untuk membereskan pakaian karena saya lihat mobilnya juga belum datang," kata Emeka yang sudah lancar berbahasa Indonesia. Sedangkan Cyril hanya terdiam membisu meski terlihat kekesalan dalam raut mukanya.
Sementara itu, sepanjang perjalanan yang menempuh waktu hingga dua jam menuju Banda Aceh itu, rombongan tim disuguhi berbagai aneka pemandangan indah di Kabupaten Pidie. Sepanjang kiri kanan jalan raya, terhampar hijaunya area persawahan dan juga hutan yang dahulu sempat menjadi basis perlawanan Gerakan aceh Merdeka (GAM). Bukan hanya itu saja, beberapa kali hewan penguin hutan seperti monyet dan gajah ditemui.
Rombongan pun berhenti sejenak di rumah makan Sare di Km 35 Jalan Raya Tjut Dik Tiro. Kesempatan ini ternyata tidak disia-siakan mereka yang menyempatkan diri untuk bersantap pagi di lokasi yang menjadi persinggahan setiap orang yang menuju Pidi atau sebaliknya.
Beberapa pemain seperti Arif, salim dan Edward bahkan terlihat begitu lahap saat mencicipi mie aceh.
Uniknya, semua tagihan makanan tersebut ditujukan hanya pada sang kapten, Zainal Arif. "Dia memang duit banyak," seloroh Salim.
Dua legiun asing milik tim kebanggaan masyarakat Kabupaten Bogor itu, yakni Okoye Emeka Obidiah dan Cyril Tchana sempat tertinggal di hotel tempat tim menginap. Tak ayal, hal tersebut sempat mengemparkan awak yang lain yang telah lebih dahulu meninggalkan hotel, terutama sang Manajer tim, Mas'an Djajuli.
Dengan cepat ia dan beberapa staf Persikabo segera memerintahkan supir yang membawanya ke Banda Aceh untuk menjalani lawatan berikutnya, segera memutar arah kendaraan dan menjemput Emeka dan Tchana.
Tertinggalnya Emeka dan Cyril disebabkan keduanya masih asyik mengepak pakaiannya di kamar masing-masing. Karena menganggap kendaraan yang akan membawa mereka dan tim ke Banda Aceh belum tiba.
"Saya harus kembali ke kamar untuk membereskan pakaian karena saya lihat mobilnya juga belum datang," kata Emeka yang sudah lancar berbahasa Indonesia. Sedangkan Cyril hanya terdiam membisu meski terlihat kekesalan dalam raut mukanya.
Sementara itu, sepanjang perjalanan yang menempuh waktu hingga dua jam menuju Banda Aceh itu, rombongan tim disuguhi berbagai aneka pemandangan indah di Kabupaten Pidie. Sepanjang kiri kanan jalan raya, terhampar hijaunya area persawahan dan juga hutan yang dahulu sempat menjadi basis perlawanan Gerakan aceh Merdeka (GAM). Bukan hanya itu saja, beberapa kali hewan penguin hutan seperti monyet dan gajah ditemui.
Rombongan pun berhenti sejenak di rumah makan Sare di Km 35 Jalan Raya Tjut Dik Tiro. Kesempatan ini ternyata tidak disia-siakan mereka yang menyempatkan diri untuk bersantap pagi di lokasi yang menjadi persinggahan setiap orang yang menuju Pidi atau sebaliknya.
Beberapa pemain seperti Arif, salim dan Edward bahkan terlihat begitu lahap saat mencicipi mie aceh.
Uniknya, semua tagihan makanan tersebut ditujukan hanya pada sang kapten, Zainal Arif. "Dia memang duit banyak," seloroh Salim.
Raja Midas Lirik Bisnis Travel di Aceh?
Insting bisnis Manajer Persikabo, Mas'an Djajuli rupaya cukup tinggi. Ditengah konsentrasinya kepada tim, ia masih menyempatkan diri untuk bertanya tentang system transportasi di Kabupaten Sigli yang mayoritas di penuhi kendaraan dengan jenis colt Mitsubishi.
"Disini semua mobil kok warnanya hitam ya?, kalau yang saya punya warnanya putih," tanyanya kepada supir sewaan yang menjemputnya dari Bandara Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh. Supir tersebut kemudian terdiam sejenak dan lalu menjawabnya singkat. "Orang sini memang suka warna hitam,pak" ujarnya dengan logat khas Aceh.
Belasan Tanya jawab dilancarkan Mas'an dan sang supir tersebut. Bahkan hingga kami sampai di sebuah tempat peristirahatan untuk makan siang, sang Raja Midas (julukan Mas'an) terus saja mencoba untuk menggali lebih dalam mengenai system transportasi di Aceh.
Puncaknya, saat tim Persikabo meninggalkan Sigli, Senin (14/4) pagi, Mas'an mengambil alih kemudi kendaraan yang mengantarnya hingga ke Banda Aceh.
Kejadian tersebut terjadi saat rombongan Persikabo rehat sejanak di tempat peristirahatan yang terletak di Jalan Tjut Dik Tiro, Kabupaten Pidi.
"Dia terus menerus menanyakan tentang mobil ini, dari mulai velg hingga bodi. Dia juga minta untuk menyetir sendiri mobil ke Banda Aceh," ujar salah satu supir cadangan.
Sontak saja, hal ini membuat kaget para pemain. Dengan santai, Mas'an mengatakan, ia sengaja ingin membawa mobil dengan tujuan mengenali jalur menuju Banda Aceh. Agar saat kembali ke Tanah Rencong lagi, dirinya bisa menelusuri jalan sendirian. "Saya butuh olahraga sedikit untuk melemaskan otot lengan agar tidak kaku," elaknya.
"Disini semua mobil kok warnanya hitam ya?, kalau yang saya punya warnanya putih," tanyanya kepada supir sewaan yang menjemputnya dari Bandara Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh. Supir tersebut kemudian terdiam sejenak dan lalu menjawabnya singkat. "Orang sini memang suka warna hitam,pak" ujarnya dengan logat khas Aceh.
Belasan Tanya jawab dilancarkan Mas'an dan sang supir tersebut. Bahkan hingga kami sampai di sebuah tempat peristirahatan untuk makan siang, sang Raja Midas (julukan Mas'an) terus saja mencoba untuk menggali lebih dalam mengenai system transportasi di Aceh.
Puncaknya, saat tim Persikabo meninggalkan Sigli, Senin (14/4) pagi, Mas'an mengambil alih kemudi kendaraan yang mengantarnya hingga ke Banda Aceh.
Kejadian tersebut terjadi saat rombongan Persikabo rehat sejanak di tempat peristirahatan yang terletak di Jalan Tjut Dik Tiro, Kabupaten Pidi.
"Dia terus menerus menanyakan tentang mobil ini, dari mulai velg hingga bodi. Dia juga minta untuk menyetir sendiri mobil ke Banda Aceh," ujar salah satu supir cadangan.
Sontak saja, hal ini membuat kaget para pemain. Dengan santai, Mas'an mengatakan, ia sengaja ingin membawa mobil dengan tujuan mengenali jalur menuju Banda Aceh. Agar saat kembali ke Tanah Rencong lagi, dirinya bisa menelusuri jalan sendirian. "Saya butuh olahraga sedikit untuk melemaskan otot lengan agar tidak kaku," elaknya.
Lupakan PSAP,Fokus ke Persiraja
Winger Salim Alaydrus sangat kecewa dengan kepemimpinan wasit Puji Syukur Supraitno yang memimpin duel Persikabo VS PSAP Sigli, Minggu (13/4) kemarin. Ia menilai kinerja korps baju hitam asal Jakarta Selatan tersebut kurang jeli dalam melihat berbagai kejadian yang terjadi pada laga yang berlangsung di Stadion Kuta Asan tersebut.
Puncak kekecewaan Salim pada wasit terjadi sesaat setelah terjadinya gol pertama PSAP yang dicetak Osas Saha pada menit 60. Ia menilai seharusnya gol tersebut tidak perlu terjadi lantaran sang pencetak gol telah berada di posisi offside.
Dalam protes yang dilancarkannya tersebut, Salim harus menerima kartu kuning lantaran dianggap terlalu berlebihan oleh wasit. "Makanya saya langsung menyusul Jarot yang lebih dahulu menghampiri hakim garis untuk menanyakan hal tersebut," ujarnya ketika ditemui Pakar di hotel tempat tim Persikabo menginap sesaat setelah pertandingan.
Ia juga menyebut banyak kebijakan wasit yang merugikan timnya. Terutama terhadap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan tim tuan rumah terhadap rekan-rekannya yang lain. "Emang wasit kita amah euweuh nu baleg,"ketusnya penuh kecewa.
Sementara itu, kapten Persikabo Zainal Arif mengaku tidak begitu aneh dengan perlakuan wasit terhadap tim tamu. Menurutnya hal tersebut merupakan hal yang biasa terjadi di persepakbolaan Indonesia. Ia juga mengaku kecewa dengan kepemimpinan wasit saat mengesahkan gol pertama tuan rumah. "Ya, seharusnya offside. Posisi pemain PSAP itu berjarak 2 meter dari defender kami," katanya.
Arif juga mengatakan ia telah mencoba untuk meredam emosi rekan-rekannya yang melakukan protes terhadap keputusan tersebut meski ia tahu hal tersebut tidak akan merubah hasil pertandingan. "Saya sudah bertanya baik-baik kepada wasit tapi ya begitulah sepakbola terutama bagi tim tamu. Jadi tak aneh jika kita dikerjai dan kita juga harus kerjai mereka di kandang," kesalnya.
Namun begitu, Arif juga menekankan kekalahan melawan PSAP harus segera dilupakan rekan-rekannya karena Kamis (17/4), Persikabo sudah ditunggu saudara muda PSAP, Persiraja Banda Aceh. "Kita harus segera fokus pada partai selanjutnya di Banda Aceh," tegasnya.
Puncak kekecewaan Salim pada wasit terjadi sesaat setelah terjadinya gol pertama PSAP yang dicetak Osas Saha pada menit 60. Ia menilai seharusnya gol tersebut tidak perlu terjadi lantaran sang pencetak gol telah berada di posisi offside.
Dalam protes yang dilancarkannya tersebut, Salim harus menerima kartu kuning lantaran dianggap terlalu berlebihan oleh wasit. "Makanya saya langsung menyusul Jarot yang lebih dahulu menghampiri hakim garis untuk menanyakan hal tersebut," ujarnya ketika ditemui Pakar di hotel tempat tim Persikabo menginap sesaat setelah pertandingan.
Ia juga menyebut banyak kebijakan wasit yang merugikan timnya. Terutama terhadap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan tim tuan rumah terhadap rekan-rekannya yang lain. "Emang wasit kita amah euweuh nu baleg,"ketusnya penuh kecewa.
Sementara itu, kapten Persikabo Zainal Arif mengaku tidak begitu aneh dengan perlakuan wasit terhadap tim tamu. Menurutnya hal tersebut merupakan hal yang biasa terjadi di persepakbolaan Indonesia. Ia juga mengaku kecewa dengan kepemimpinan wasit saat mengesahkan gol pertama tuan rumah. "Ya, seharusnya offside. Posisi pemain PSAP itu berjarak 2 meter dari defender kami," katanya.
Arif juga mengatakan ia telah mencoba untuk meredam emosi rekan-rekannya yang melakukan protes terhadap keputusan tersebut meski ia tahu hal tersebut tidak akan merubah hasil pertandingan. "Saya sudah bertanya baik-baik kepada wasit tapi ya begitulah sepakbola terutama bagi tim tamu. Jadi tak aneh jika kita dikerjai dan kita juga harus kerjai mereka di kandang," kesalnya.
Namun begitu, Arif juga menekankan kekalahan melawan PSAP harus segera dilupakan rekan-rekannya karena Kamis (17/4), Persikabo sudah ditunggu saudara muda PSAP, Persiraja Banda Aceh. "Kita harus segera fokus pada partai selanjutnya di Banda Aceh," tegasnya.
Langganan:
Postingan (Atom)