Jurnal Bogor - Laga Persikabo Kabupaten Bogor lawan PSMS Medan jadi pertaruhan terakhir harga diri Laskar Pajajaran. Pertandingan pamungkas Divisi Utama Liga Ti-Phone Indonesia di Stadion Persikabo, Sabtu (30/4), merupakan pertemuan sarat celaan. Celakanya kalau Persikabo kembali menyerah seperti yang dipertontonkan kontra tim debutan Pro Titan FC Medan dengan kekalahan 2-3 (25/4).
Pendukung Persikabo, Kabomania pantas marah. Sebagai tim plat merah yang didanai APBD, Persikabo tak menunjukan prestasi membanggakan. Kini diposisi ke-8 dan jika menang lawan PSMS jadi ke-7, melorot dari musim lalu ke-3. Sudah tak lolos ke babak 8 besar, Kabomania tetap berharap Zaenal Arief dkk memberikan kemenangan setelah gelar jago kandang dilepas dan mencatat rekor tak pernah menang di kandang lawan dibandingkan musim lalu.
Kabomania yang masih setia dan memenuhi tribun festival utara, setelah tribun selatan banyak kosong dan ditinggalkan Kabomania, tak mau melihat Persikabo kembali jadi bulan-bulan Ayam Kinantan. Banyak anggota Kabomania seperti enggan lagi berkomentar. Dirigen Opick Cageur juga hanya bisa geleng-geleng kepala dan tak mau berucap, begitu juga dengan Ketua Dicky Dompas tersenyum bingung.
Manajer Mas’an Djadjuli tak lagi nongol di stadion, sedangkan pengurus Persikabo hanya senyum-senyum. Imbasnya, harapan ribuan Kabomania kembali bagai isapan jempol. Lagu yang kerap dinyanyikan ‘kuingin kita menang dan masuk Liga Super’ berlalu dengan mengelus dada. Selama 4 musim Persikabo bertahan di kasta kedua dan kontra hasil seperti diawal-awal kompetisi Ketua Persikabo Rachmat Yasin menggembar-gemborkan target kasta tertinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar