Pakuan Raya - Sanksi tegas berupa, pemutusan kontrak secara sepihak dan denda yang dijatuhkan kepada pemain Persikabo yang indisipliner ditentang oleh salah satu legiun Laskar Pajajaran, Saepulloh Maulana.
Ia menilai, hukuman tersebut terlalu berat dan tak setimpal dengan apa yang diperbuat pemain. "Ya saya tahu, kami memang salah, tetapi setidaknya jangan sampai putus kontrak, otomatis tak digaji. Kemudian ditambah denda, cara kami membayarnya bagaimana. Sedangkan gaji kami saja belum dibayar," ujar Saepulloh Maulana saat dihubungi wartawan kemarin petang.
Menurutnya, pemain mengikuti tarkam bukanlah tanpa alasan. Karena banyak legiun lokal yang tidak pernah diberi kesempatan masuk line up. "Saya kan waktu itu butuh uang untuk membayar kuliah. Tetapi saya hanya main sekali kok waktu tanggal 18 April, atau dua hari setelah Persikabo bertolak ke Bengkulu. Daripada tak latihan, soalnya Coach Sairan waktu itu kan lagi ngurus Suratin di Bandung," jelas dia.
Saepulloh berharap, jajaran pengurus bisa mempertimbangkan sanksi tersebut, sebab biar bagaimana pun kebanyakan pemain yang terlibat adalah putra daerah. "Saya mewakili teman-teman yang lain meminta supaya pengurus lebih bijak. Kami kan putra daerah, beri sedikit kelonggaran. Apalagi sampai lapor ke BLI," harapnya.
Sementara itu mantan punggawa Laskar Pajajaran, Bahar Lestaluhu menegaskan, sebagai pemain profesional Saepulloh dkk harus menerima dengan lapang dada. Karena dalam MoU kontrak telah tertera bahwa selama memperkuat Persikabo mereka (pemain, red) tidak boleh membela klub lain. "Ya mereka harus menerima itu, kenapa berani berbuat tak berani bertanggung jawab. Katanya profesional, harusnya tau dong konsekuensinya," tegasnya.
Bahar pun sepenuhnya mendukung sanksi tegas yang dijatuhkan oleh pengurus kepada pemain. Karena sebagai klub profesional, Persikabo harus menindak tegas segala bentuk pelanggaran. "Saya mendukung sepenuhnya tindakan tegas, agar suatu hari tak terulang lagi. Ya sekarang gini PSSI saja melarang pemain bermain di LPI, apalagi di tarkam yang tidak diakui," tutur dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar