Radar Bogor - Buruknya performa Persikabo pada kompetisi Divisi Utama musim 2010-2011, mengundang kekecewaan insan sepakbola di Kabupaten Bogor. Bahkan, salah satu pengamat sepakbola, Herzon Hizkia menilai jika Ketua Umum Persikabo, Rachmat Yasin-lah yang paling bertanggung jawab atas buruknya penampilan Laskar Pajajaran.
Herson menegaskan, musim 2010-2011 adalah yang terburuk bagi Persikabo. Buktinya, belum pernah sekalipun mempersembahkan kemenangan pada laga tandang, walau beramunisikan pemain bintang.
Buruknya penampilan Zaenal Arief cs tak terlepas dari lemahnya manajerial dan pemain, serta diperparah oleh konflik internal.
“Musim ini yang terburuk, lebih baik musim lalu. Laskar Pajajaran berhasil mempersembahkan empat kemenangan tandang, tapi sekarang nol. Di dalam tubuh Persikabo itu tidak sehat, karena ada konflik dimana- mana. Baik pemain, manajer, ofisial, bahkan pengurus. Ya contohnya saat perekrutan pemain saja tidak kompak, dan seluruh pengurus harus introspeksi diri bila ingin masuk ISL tahun depan,” ungkapnya kepada Radar Bogor kemarin.
Yang jelas, lanjutnya, Rachmat Yasin harus mempertanggungjawabkan buruknya performa Persikabo kepada masyarakat. “Ya, karena memakai uang rakyat hingga tujuh miliar. Jadi, sudahsepantasnya RY bertanggung jawab kepada rakyat,” tegasnya.
Lebih lanjut kata Herson, bila Persikabo ingin masuk ISL musim depan, persiapan harus segera dilakukan sejak saat ini. Dengan cara, mencari manajerial dan pemain yang kuat, selain mencari pelatih baru. Sebab, Headcoach Maman Suryaman sudah tak layak membesut Laskar Pajajaran.
“Menurut saya, Maman sudah tak pantas, dia sudah gagal. Maman memang banyak membesut tim besar tapi itu tak jadi jaminan. Karena dia tak punya keberanian mengutakatik komposisi pemain dan hanya mengandalkan pemain bintang,” ujarnya.
Kondisi tersebut diperparah dengan tidak pernah memberi kesempatan putra daerah untuk bermain. “Sekarang ada 14 pemain lokal, kalau tak diperhatikan mereka bakal hengkang,” jelasnya.
Ia menambahkan, jika ingin memperbaiki performa Persikabo, pengurus harus melakukan tambal sulam. Baik itu pemain, pelatih maupun manajemen. Perekrutan pun jangan asal-asalan, seperti membeli Emeka, Sonny dan Harry. Mereka memang pemain bintang yang sarat pengalaman, tapi fisik mereka sudah habis. Musim depan, harapnya, budaya seperti itu harus dihilangkan.
“Kalau perlu pakai jasa pelatih asing yang sulit terkena intervensi,” tuturnya.
Hal senada diungkapkan pengamat sepakbola, Agus Toisutta. Menurut dia, selain pelatih dan manajemen, pengurus serta ketum juga harus bertanggung jawab.
“Ketum serta pengurus harus bertanggung jawab kepada rakyat, karena menunjuk manajemen dan pelatih yang asal-asalan,” tegasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar