Mantan Ketua Umum PSSI Nurdin Halid menyatakan bahwa Kongres Luar Biasa (KLB) merupakan satu-satunya jalan untuk menuntaskan masalah yang tak kunjung selesai di tubuh PSSI. "KLB merupakan satu-satunya jalan untuk menyelesaikannya dan KLB itu tersebut sebagai wadah untuk melakukan evalusi, bukan menurunkan apalagi sampai menggulingkan Ketua Umum PSSI," tegas Nurdin Halid di Batu, Rabu. Ia menegaskan, di ajang KLB tersebut ketua umum bisa menjelaskan apa dan bagaimana yang sebenarnya."Ini momentum untuk memperbaiki PSSI serta persepakbolaan di Tanah Air," tegasnya.
Nurdin mengaku sedih melihat perkembangan PSSI saat ini yang tidak kunjung membaik, bahkan semakin kacau. Semula dirinya berharap dengan adanya pergantian ketua umum kinerja PSSI akan semakin membaik, maju dan tidak ada lagi gejolak internal berkepanjangan.
Ternyata, lanjutnya, kondisinya justru sebaliknya, semakin kacau dan gejolak di tubuh PSSI semakin sulit dikendalikan akibat banyaknya kebijakan yang dikeluarkan PSSI melanggar statuta.
Ia juga menyatakan kekecewaannya terhadap apa yang telah dibangun selama bertahun-tahun di PSSI dan persepakbolaan di Tanah Air, namun "dirusak" dalam sehari."Memang kinerja kami masih belum sempurna dan ada kekurangan, tapi apakah harus seperti itu, merusak apa yang sudah dibangun," tegasnya.
Namun, katanya, dirinya terus berpikir positif dan optimistis PSSI akan lebih baik di bawah kepemimpinan Djohar Arifin, tapi apa yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan.Kondisi PSSI tak kunjung membaik, bahkan semakin tidak terarah.
Oleh karena itu, tegasnya, saat ini tidak ada jalan lain untuk menyelesaikan masalah di tubuh PSSI kecuali menggelar KLB."Saya yakin dengan KLB ini masalah bisa dibicarakan dan Insya Allah pasti ada rekonsiliasi," ujarnya.
Disharmonis di tubuh PSSI diawali dari Kongres Sepak Bola Nasional (KSN) di Malang dan munculnya liga tandingan yang digelar PSSI yang saat itu masih dikendalikan Nurdin Halid, yakni Liga Primer Indonesia (LPI) yang digagas pengusaha Arifin Panigoro dan direstui oleh Menpora Andi Malarangeng.
Karena adanya LPI tersebut tiga klub yang sebelumnya berlaga di Liga Super Indonesia (LSI) akhirnya "menyeberang" ke LPI, yakni Persema Malang, Persibo Bojonegoro dan PSM Makassar, sehingga ketiga klub tersebut dicoret dari daftar PSSI melalui kongres di Bali, kecuali PSM Makassar.
Selanjutnya, sebagian anggota PSSI yang dimotori oleh Arifin Panigoro menggelar kongres di Solo dan memilih Djohar Arifiin sebagai ketua umum menggantikan Nurdin Halid. Namun, bukannya masalah tuntas, justru berkepanjangan sampai saat ini.
Sehingga saat ini ada dua kompetisi, yakni LPI yang diikuti oleh 12 klub termasuk Persema, PSM dan Persibo yang sebelumnya telah dicoret dari keanggotaan PSSI dan LSI yang diikuti 18 klub yang sebagian besar adalah klub-klub lama, seperti Persipura Jayapura, Persiwa Wamena, Persib Bandung, Sriwijaya FC, dan Persisam Samarinda.
(antara)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar